Setiawan, Rudi (2023) Service-Learning Sebagai Sebuah Model Pendidikan Karakter: Tinjauan Filosofis Atas Konsep Pendidikan Karakter Thomas Lickona. Doctoral thesis, Driyarkara School of Philosophy.
Text (Dissertation Summary)
RINGKASANdisertasi.pdf - Accepted Version Download (644kB) |
|
Text (Cover, Titlepage, Contents, First Chapter, Bibliography)
DISERTASI.pdf - Accepted Version Download (895kB) |
Abstract
Disertasi ini berisi kajian filosofis terhadap salah satu model pendidikan karakter di sekolah yang dikemukakan Thomas Lickona yakni service-learning. Pendidikan karakter berbasis service-learning diselenggarakan untuk membentuk keutamaan dalam diri siswa melalui pembelajaran berbasis pengalaman langsung siswa melayani masyarakat. Menurut Lickona, sekolah perlu mendidik para siswa dengan nilai-nilai moral utama, yaitu sikap hormat dan tanggung jawab, beserta nilai-nilai turunannya. Pendidikan nilai moral itu harus didukung dengan konsep karakter. Lickona menawarkan gagasan pendidikan karakter yang memadukan secara lengkap aspek kognitif, afektif, dan tindakan, dengan memanfaatkan seluruh aspek kehidupan moral secara komprehensif, lewat strategi berbasis kelas maupun sekolah secara luas. Dua jenis karakter yang dibentuk adalah karakter moral dan kinerja. Karakter moral diperlukan untuk menjalin relasi sosial yang baik, sementara karakter kinerja diperlukan untuk mengembangkan potensi terbaik dalam diri. Keduanya saling mendukung dan terintegrasi. Perkembangan teknologi internet membuat situasi kehidupan di abad ke-21 diwarnai ketidakpastian dan perubahan terus menerus. Pendidikan karakter di sekolah ditantang untuk diselenggarakan dengan cara-cara baru sekaligus berdampak membentuk siswa sebagai generasi muda digital berkarakter moral dan kinerja, yang kritis, kreatif, kolaboratif, fleksibel dan adaptif, serta mampu membentuk visi dirinya terus menerus. Di sini, model pendidikan karakter berbasis service-learning Lickona menjadi relevan. Akan tetapi, model pendidikan karakter berbasis sevice-learning Lickona memiliki keterbatasan yakni berpotensi indoktrinatif. Sementara itu, indoktrinasi dari perspektif konsekuensi tidak lagi memadai sebagai model pendidikan karakter di abad ke-21 karena menutup pikiran kritis siswa. Dengan diinspirasi gagasan filsafat permainan Gadamer dan estetika eksistensi Michel Foucault, penulis menawarkan pendekatan estetik sebagai alternatif jalan keluar. Penulis mengusulkan gagasan berupa komunitas pemelajar estetik untuk melengkapi pendekatan pendidikan karakter berbasis service-learning Lickona, sehingga melalui perpaduan itu, persoalan indoktrinasi tersebut dapat diatasi. Kata Kunci: Pendidikan, Pendidikan Karakter, Lickona, service-learning, Indoktrinasi, Estetik.
Item Type: | Thesis (Doctoral) |
---|---|
Subjects: | L Education > L Education (General) |
Divisions: | Program Pascasarjana > Program Pascasarjana Filsafat |
Depositing User: | ThM .- |
Date Deposited: | 19 Mar 2024 04:19 |
Last Modified: | 19 Mar 2024 04:19 |
URI: | http://repo.driyarkara.ac.id/id/eprint/1588 |
Actions (login required)
View Item |