Leo Tolstoy, Pembenci Perang – Pencinta Damai.

Sudiarja, Antonius (2022) Leo Tolstoy, Pembenci Perang – Pencinta Damai. In: Menemukan Allah dalam Sains dan Manusia. Penerbit PT Kanisius, Yogyakarta, pp. 237-266. ISBN 978-979-21-7468-7

[img] Text (Cover, Titlepage, Contents, Preface)
TemuAllah.pdf - Cover Image

Download (3MB)

Abstract

Tulisan berjudul "Leo Tostoy, Pembenci Perang – Pencinta Damai" memang begitu kontekstual dengan invasi Rusia ke Ukraina pada awal tahun 2022. Naskah ini dibuat Sudiarja berdasarkan pembacaannya atas novel Leo Tolstoy, War and Peace. Menurut Sudiarja, Tolstoy bisa dipandang sebagai penulis novel yang hebat, sejarawan yang cermat, serta tokoh yang berpikir luas dan mendalam. Ketika menikmati War and Peace, para pembaca akan disuguhi kisah sejarah yang mencakup banyak episode. Di dalamnya, Tolstoy menggarap tema mengenai orang-orang (people), yang meliputi relasi, dinamika hidup sosial, serta kebersamaan dalam sebuah situasi kekalutan karena perang. Dikisahkan dalam novel tersebut, lima keluarga bangsawan Rusia sedang terlibat perang dengan pihak Prancis yang dipimpin Napoleon. Dengan latar belakang perang, Tolstoy mengungkap berbagai segi kehidupan manusia dalam alur sejarahnya. Di hadapan kebosanan dan kesia-siaan sebagai akibat perang, tulis Sudiarja, manusia perlu kembali pada dirinya, masuk ke dalamnya, serta mencari kebenaran dan harmoni. Menurut Sudiarja, Tolstoy menulis sejarah sebagai pengalaman hidup, bukan sebagai peristiwa kronologis. Tolstoy sedang berefleksi mengenai sejarah, serta bahkan mengajarkan moral sejarah. War and Peace bertolak dari berbagai pengalaman manusia yang nyata serta kehidupan orang orang yang konkrit, baik yang Tolstoy kenal atau pelajari dari dokumen sejarah, dari pandangan politik, serta cerita mereka. Sudiarja pun melanjutkan pembahasannya mengenai Tolstoy sebagai seorang yang nihilis menuju Kristen anarkis. Sebagai pengikut Kristen ortodoks, Tolstoy bersemangat anti kekerasan. Ia berani menyatakan kritik pada Gereja ortodoks yang berkomplot dengan pemerintah untuk berperang dan membunuh. Karena manusia tak setia pada perintah Yesus untuk tak melakukan balas dendam, terjadilah perang. Karena sikapnya yang radikal ini, Gereja Kristen Ortodoks pernah mengeluarkan surat ekskomunikasi untuknya. Sesuai judul yang dibuat Sudiarja, Tolstoy tampak membenci perang dan menyukai ajaran cinta kasih. Ajaran itu juga ia praktikkan dalam hidupnya ketika mengelola sekolah untuk anak-anak petani. Pada batas akhir hidupnya, Tolstoy kelihatan mengalami kesulitan untuk mendamaikan cita-citanya untuk hidup sederhana sebagai petani dan hidup sebagai bangsawan serta tinggal bahagia bersama istri dan anak-anaknya. "Dapatkah dicapai perdamaian abadi?", begitulah Sudiarja mengakhiri tulisannya tentang Tolstoy dengan sebuah pertanyaan. Sudiarja menulis, sebagaimana perang bisa diawali oleh para jenderal tetapi tak bisa diakhiri oleh mereka, begitu pula proses perdamaian dapat dimulai oleh para inisiatornya walau belum tentu dapat diselesaikan oleh mereka.

Item Type: Book Section
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General)
A General Works > B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General)

D History General and Old World > D History (General) > D501 World War I
Divisions: Program Pascasarjana > Program Pascasarjana Filsafat
Depositing User: ThM .-
Date Deposited: 16 Jan 2023 02:54
Last Modified: 16 Jan 2023 02:54
URI: http://repo.driyarkara.ac.id/id/eprint/799

Actions (login required)

View Item View Item