Agama, Sains, dan Filsafat: Dialog atau Konfrontasi?

Dwi Kristanto, Heribertus (2022) Agama, Sains, dan Filsafat: Dialog atau Konfrontasi? In: Menemukan Allah dalam Sains dan Manusia. Penerbit PT Kanisius, Yogyakarta, pp. 13-55. ISBN 978-979-21-7468-7

[img] Text (Cover, Titlepage, Contents, Preface)
TemuAllah.pdf - Cover Image

Download (3MB)

Abstract

Dalam "Agama, Sains dan Filsafat: Dialog atau Konfrontasi?" membahas relasi agama dan sains serta menunjukkan kontribusi filsafat dalam relasi tersebut. Pertanyaan tentang relasi yang konfliktual atau perjumpaan yang lebih konstruktif menjadi topik tulisan Dwi Kristanto. Bahasan diawali dengan empat model relasi agama dan sains menurut Ian Barbour yang telah termasyhur. Relasi itu dapat berupa: konflik, independensi (isolasi), dialog, atau integrasi. Empat model ini memang mudah dipahami tetapi sekaligus dapat mereduksi hubungan keduanya yang berciri kompleks. Pemikir lain, Aliester McGrath, menawarkan empat kerangka berpikir dalam upaya membangun dialog di antara agama dan sains. Bagi McGrath, sains dan agama menawarkan perspektif yang berbeda terhadap realitas yang satu namun kompleks. Keduanya mendalami realitas yang sama pada level yang berbeda serta menawarkan peta yang berbeda terhadap sebuah realitas multidimensional. Meski menawarkan pendekatan berbeda, sains dan agama dapat saling melengkapi guna memahami beberapa contoh persinggungan antara agama dan sains: revolusi Copernicus dan penafsiran Kitab Suci; mekanika Newton dan penyelenggaraan ilahi: teori evolusi Darwin dan Konsep Intelligent Design; Big Bang dan asal mula semesta. Filsafat yang secara kritis memeriksa tiap klaim pengetahuan (= kepercayaan), menurut Dwi Kristanto memiliki peran penting dalam dialog sains dan agama. Filsafat menunjukkan bahwa pembenaran (justification) tidak bisa direduksi menjadi pembuktian (proofing) dan bahwa rigoritas metode empiris sains pun tidak lepas dari tafsir dan "iman" akan regularitas dalam alam. Filsafat juga mencermati bahwa bahasa analogi yang dipakai agama untuk mendeskripsikan Allah yang tak kelihatan, rupanya terkadang dipakai pula oleh sains untuk mendeskripsikan fenomena alam yang tidak/belum bisa diamati langsung. Singkat kata, filsafat yang mempertanyakan banyak pengandaian epistemik dalam sains dan agama yang sering taken for granted serta terus-menerus mempersoalkan kemasukakalan kepercayaan (beliefs) keduanya, dapat menjadi jembatan penghubung agar keduanya itu dapat saling berdialog dan mencerahkan.

Item Type: Book Section
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General)
A General Works > B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General)
Divisions: Program Sarjana > Program Studi Filsafat
Depositing User: ThM .-
Date Deposited: 16 Jan 2023 02:53
Last Modified: 16 Jan 2023 02:53
URI: http://repo.driyarkara.ac.id/id/eprint/793

Actions (login required)

View Item View Item