Jejak Pemaknaan Dari Teori Kepengarangan Film Andre Bazin Dalam Era Digital.

Sumarno, Marselli (2020) Jejak Pemaknaan Dari Teori Kepengarangan Film Andre Bazin Dalam Era Digital. Doctoral thesis, Driyarkara School of Philosophy.

[img] Text (Pagetitle, Abstract, Contents, Introduction)
Disertasi.pdf - Accepted Version

Download (2MB)
[img] Text (Dissertation Summary)
Rangkuman.pdf - Accepted Version

Download (148kB)

Abstract

Andre Bazin (1918-1958), teoritikus film Perancis, mengatakan bahwa peran sutradara dalam film dapat disejajarkan sebagai pengarang. Maksud Bazin, memperjuangkan film menjadi karya seni. Maka, tujuan penelitian ini mengkaji jejak teori pemaknaan dari kepengarangan Bazin memiliki relevansi di era digital. Rumusan seni film diwacanakan melalui metoda montase dari film-film Uni Soviet di tahun 1920-an. Tokohnya: rumusan sutradara Eisenstein (tentang montase intelektual) dan sutradara Pudovkin (yang menegaskan bahwa editing adalah dasar seni film). Teoritikus Jerman, Rudolf Arnheim, menuliskan pandangan filosofisnya yang membela metoda montase yang berunsur waktu. Sedangkan pemikiran fenomenologi filsuf Perancis, Henri Bergson tentang “kesatuan integral yang mengalir” memengaruhi Bazin mengenai realitas. Dengan keyakinannya itu, Bazin menyanggah teori Arnheim yang berkeyakinan pada gambar. Namun Bazin menyatakan kebalikannya, pentingnya pengadeganan daripada montase. Sedangkan Jean-Luc Godard, yunior dari Bazin mensintesakan: Montase merupakan bagian integral dari pengadeganan. Maka, gagasan Bazin itu bukan sepenuhnya teori kepengarangan film, melainkan ada unsur siasat untuk pengakuan seni film. Sanggahan terhadap teori Bazin muncul dalam pemikiran strukturalisme di tahun 60-an, yaitu struktur membentuk makna. Roland Barthes menyatakan, pembaca adalah penafsir yang juga memproduksi makna. Ketika karya sastra dibaca orang, sang pengarang mati dan ia nyatakan dalam manifesto ‘matinya sang pengarang’. Barthes kemudian berpindah ke post-strukturalisme di tahun 70-an, yaitu menganalisis fenomena sosial budaya, yang juga menyanggah teori kepengarangan Bazin. Seiring berkembangnya teknologi, film dapat dengan mudah diciptakan oleh setiap orang. Di sisi lain, fenomena media sosial berpotensi menyebarkan informasi negatif, karena juga butuh kepengarangan agar tidak melanggar etika. Temuan-temuan: Seluruh tenaga teknis dalam produksi film, tergerak untuk melakukan kepengarangan yang memperkaya logika makna film. Setiap orang bisa menjadi sutradara film atau bisa mengekspresikan karya audio visual. Dapat dikatakan bahwa terbukalah demokratisasi dalam pembuatan film di era digital ini. Lahirlah diaspora pemaknaan film, yaitu suatu penyebaran makna dari pembuat ke dalam karya, lalu tersebar kepada penonton, dan selanjutnya antar-penonton. Kata Kunci: Kepengarangan, Pemaknaan dalam Film, Teknologi Digital

Item Type: Thesis (Doctoral)
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General)
A General Works > B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General)

N Fine Arts > N Visual arts (General) For photography, see TR
Divisions: Program Pascasarjana > Program Pascasarjana Filsafat
Depositing User: ThM .-
Date Deposited: 12 Jul 2022 08:15
Last Modified: 12 Jul 2022 08:15
URI: http://repo.driyarkara.ac.id/id/eprint/725

Actions (login required)

View Item View Item