Wicaksono, Adi (2021) “Menemukan” Kembali Bali. Jurnal Dekonstruksi, 5 (1). pp. 36-67. ISSN 2797-233X; 2774-6828
Text (Cover, article)
JD51-Bali.pdf - Published Version Download (1MB) |
Abstract
Setelah Puputan Bali, Pemerintah kolonial Belanda membuat kebijakan Beliseering, sebagai strategi mempertahankan kuasa politik melalui program pelestarian budaya. Beliseering adalah suatu proyek depolitisasi Bali dengan membendung segala pengaruh agama non-Hindu sekaligus mengalihkan benih-benih gagasan nasionalistik ke ranah pengawetan kebudayaan. Hal itu berpengaruh pada karya-karya generasi ketiga seniman Bali yang menempuh pendidikan di akademi, khususnya di ISI Yogyakarta. Sebagian dari para perupa kembali pada semesta figural makhluk-makhluk mitologis dan dunia perwayangan, dan sebagian lagi menggarap elemen-elemen visual ideoreligius dengan teknik seni modern. Artinya, seniman Bali, termasuk para para pelukisnya, cenderung lebih dekat pada cara pandang kuasi-representasional ketimbang murni representasional. Apakah nantinya mereka akan kembali ke haribaan eksotisme dunia mitologis atau lebih ke pusaran dunia material sebagai bagian dari manifestasi kebudayaan modern? Boleh jadi juga mereka akan terus berada dalam garis tegangan antara modernitas dan tradisionalitas berikut menifestasi aktual yang juga terus berubah. Keywords: Beliseering, Pita Maha, harmoni, sorga, Young Artist, nasionalisme-romantik, abstrak, kuasi-representasional, individu, mitologi, kosmik, simbolik, spirit, material.
Item Type: | Article |
---|---|
Subjects: | C Auxiliary Sciences of History > CB History of civilization |
Divisions: | Program Sarjana > Program Studi Filsafat |
Depositing User: | ThM .- |
Date Deposited: | 29 Dec 2024 00:34 |
Last Modified: | 29 Dec 2024 00:34 |
URI: | http://repo.driyarkara.ac.id/id/eprint/2083 |
Actions (login required)
View Item |