Setelah Limaratus Tahun, berakhirkah Humanisme?

Sastrapratedja, M. (2003) Setelah Limaratus Tahun, berakhirkah Humanisme? In: Pengukuhan Jabatan Guru Besar Ilmu Filsafat, 8 Maret 2003, Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta. (Unpublished)

[img] Text (Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar)
GB-SASTRA.pdf - Presentation

Download (9MB)

Abstract

Apakah manusia lahir hanya untuk mempelajari yang "tidak-manusiawi" (inhumanity)? Pertanyaan yang diajukan oleh Lyotard perlu kita pertimbangkan. Makna kemanusiaan atau humanitas tidak dapat diandaikan begitu saja, tetapi harus diketemukan dan dirumuskan secara baru dalam setiap perjumpaan dengan realitas dan konteks yang baru. Dapat dipertanyakan apa peran humanisme sepanjang lima ratus tahun? Dari satu sisi humanisme dengan inspirasi Pencerahan dianggap sebagai sumber berbagai malapetaka: imperalisme (Franz Fanon), fasisme (Adorno), totalitarianisme (Lyotard). Dari sisi lain humanisme sebagai filsafat telah mem­ pertahankan kebebasan dan martabat manusia (human freedom and dignity) melawan berbagai bentuk tirani. Matthew Arnold yang banyak berpengaruh dalam pemikiran pendidikan di dunia berbahasa lnggris, melihat humanisme sebagai benteng melawan 'anarki' materalistik dunia kontemporer. Lebih lanjut humanisme juga telah membantu untuk mengartikulasikan tema-tema besar revolusi modemitas. Humanisme juga membantu mengatur konsep­ konsep dan debat dalam politik, ilmu, estetika, filsafat, agama dan pendidikan.

Item Type: Conference or Workshop Item (Speech)
Additional Information: Pidato disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Sekolah Tinggi Filsafat Driiyarkara .
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General)
A General Works > B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General)
Divisions: Program Pascasarjana > Program Pascasarjana Filsafat
Depositing User: Th.M. Admin Driyarkara
Date Deposited: 02 Mar 2021 04:20
Last Modified: 02 Mar 2021 04:20
URI: http://repo.driyarkara.ac.id/id/eprint/173

Actions (login required)

View Item View Item